Sabtu, 24 Desember 2011

Undangan atau Tertulis?

Oke, pagi ini saya akan memberikan tausiyah *digebuk dari belakang*, maksudnya memberikan petuah *dilempar pensil dari belakang*, maksudnya memberikan apaaalah *ini penulisnya sungguh enggak penting*. Mungkin kalo emakku tau aku nulis beginian pagi ini, mungkin laptop ini bakal dijemur di belakang rumah *bukannya yang nulis ya yang harusnya dihukum?*.

Pagi ini aku baru dapat kabar kalau calon universitas tempatku belajar nanti bakal buka SNMPTN undangan lagi. Serius, aku langsung bingung. Gimana enggak, aku udah liat en baca soal banyaknya unfair di jalur ini, dan yang paling banyak itu di kampus ini. Para mahasiswa kampus ini pada komplain soal sistem penerimaannya, karena di zamannya mereka itu lewat ujian masuk, dan soalnya terkenal sulit plus tak pernah bocor dari tahun ke tahun. Jadinya angkatan berikutnya yang mau masuk harus deg deg ser *apaa lagi ini?* buat menghadapi soalnya. Banyak juga calon mahasiswa yang ambil undangan tapi gagal karena banyak unfair disini, seperti adanya tes tambahan tetapi berbeda di tiap kota *dan tes ini hanya untuk satu fakultas, seni rupa dan desain*.

Kampus ini juga terkenal dengan mahalnya biaya, tapi sebenarnya tidak. Kalo sanggupnya separuh dari itu, ya pilih aja yang separuh, ngapain maksa. Kampus ini juga terkenal dengan lulusannya yang banyak kerja di luar negeri, ambil beasiswa di luar negeri atau kerja di Indonesia dengan posisi yang menjanjikan, tetapi sebenarnya lulusan kampus ini tidak mengharapkan semua itu. Mereka hanya ingin berkarya demi Allah, bangsa dan negara. In harmonia progressio. Tau kampus apa ini kan? Gak usah lah ya disebut lagi.

Dan katanya, jalur undangan malah tetap sama porsinya dengan tahun lalu. Nah, gimana itu jadinya? Aku juga gak bisa berspekulasi karena aku sendiri baru jadi calon mahasiswa disana buat tahun depan. Apakah mereka yang policy maker enggak langsung turun ke lapangan liat fakta atau gimana aku juga enggak tau. Jelasnya, undangan itu punya sejuta kemungkinan. Belum tentu bisa lulus, meskipun keuntungannya kita gak perlu tes lagi. Banyak banget kejadian cuci raport atau apalah demi lulus ke undangan itu.

Sebenarnya aku berpikir begitu. Tapi, emakku berkata lain. Dia bilang aku harus ambil SNMPTN undangan. Kemarin aku bilang kalo tahun depan kampus itu punya kemungkinan gak bakalan buka undangan lagi karena kejadiannya kayak gini. Tapi dengan adanya pengumuman undangan dibuka en jatahnya tetep sama, mungkin emak bakal melakukan gencatan senjata *???* ke aku untuk tetap ambil undangan. Dan jujur, aku belum bisa memutuskan.

Sekarang, pendidikan Indonesia di mataku udah agak amburadul, apalagi penerimaan mahasiswa baru. Banyak terjad kecurangan di sana sini buat bisa kuliah di universitas bergengsi dan di jurusan bergengsi. Di kotaku aja, tepatnya di universitas paling bergengsi disini, banyak banget yang "pesan kursi" supaya bisa kuliah disana, ya di jurusan paling diminati. Dan buat tahun depan banyak juga teman-teman seangkatan yang bakal begitu. Entahlah, entah bagaimana Indonesia 10 tahun yang akan datang jika sistemnya tetap dipertahankan seperti ini.

Beda kalo kita mau kuliah di luar negeri. Kayak di Inggris aja, mereka gak ada sistem undang mengundang kayak pesta pernikahan gitu. Yang ada cuma 1 tes. Ya, 1 aja. Masuk, diucapkan selamat, gak masuk diucapkan mohon maaf anda gagal. Bahkan kemaren waktu aku tanya soal sistem penerimaan buat anak di luar Inggris dan ingin kuliah disana *karena kan raportnya anak Indonesia beda sama Inggris kalo dilihat dari sistematika penilaian*, mereka cuma bilang: we dont make any addition test for it. Jelas kan? Mereka cuma minta nilai TOEFL di atas 550 dan nilai IELTS di atas 6.5. Meskipun terlihat sulit diraih, tapi dengan begitu bisa terseleksi mana yang pantes lulus disana. En tamatannya insyaALLAH dijamin enggak abal-abal.

Jadi, gimana? Aku sarankan kita lebih banyak berdoa aja sekarang dan usaha makin diperketat. Indonesia adalah negara yang paling ketat seleksi penerimaan mahasiswanya se-Asia Pasifik. Jepang aja kalah. Persiapkan diri buat menghadapi sejuta kemungkinan dalam waktu 1-2 bulan ke depan.

0 comments:

Posting Komentar