Jumat, 23 Desember 2011

Kematian

Oke, ditengah hujan masih bisa nulis begini. Hihihi, gapapa dongya, mumpung tinggal nunggu hasil di raport nanti, aku tinggal nulis atau belajar buat persiapan 4-6 bulan lagi. Oke, hari ini saya telah menewaskan 129 soal *ejiyeee*, en bakal terus sampe modul soalnya kusam tak memutih *versi angkatan 70*. Penting? Enggak. Abaikan.

Oke, 2 hari lalu aku dapet kabar kalo ayahnya teman aku sekelas meninggal dunia. Serius, aku langsung kaget. Karena sehari sebelum kabar meninggal itu kami sekelas pada ceria semua buat sesi buku tahunan. Dan teman aku ini termasuk salah satu model *heh?* yang paling banyak fotonya. Gak ada sedikitpun raut sedih yang terpancar. Aku cuma bisa diam setelah dapet kabar itu.

Kemarin kami melayat kesana. Dia Kristen, jadi waktu melayat itu mayatnya udah di jambur. Dia asli turunan Karo. Kami datang pas ada acara kata sambutan dari tiap kolega keluarga. Aku gak tau sesi apa namanya, tapi pas tiba disana kami langsung digelari tikar dan ada komando bilang: Ya, untuk teman-teman parmaen kami silahkan maju ke depan dan menyampaikan sepatah kata. Aku baru nyadar kalo parmaen yang dimaksud itu temen aku dan berarti yang dipanggil itu kami. Yaudah, akhirnya kami semua berdiri dan salah satu teman mewakilkan kami. Aku emang gak pernah ngerti kalo yang namanya melayat di agama lain, apalagi pake prosesi adat begini. Bahasanya 95% bahasa Karo, jadi aku cuma ngerti waktu penyampaian bahasa Indonesia aja. Ketika aku nanya teman di sebelah artinya apa, dia cuma bilang: translatenya ada di bawah ini, bening warnanya. =_=

Dan emaknya teman aku yang kemalangan ini menyampaikan ucapan terima kasih, dan terakhir ditujukan kepada kami sebagai teman anaknya. Aku sampe sekarang belum ngerti apa maksud emaknya tapi intinya kami harus jaga dia baik-baik di sekolah, jangan musuhan sama dia *serasa SD ya*. Kami semua mengangguk dan akhirnya kami menyalami anggota keluarganya termasuk temanku ini. Dia sedih banget, karena sebelum ayahnya meninggal neneknya juga baru meninggal. Aku peluk dan bilang: tabah ya. Aku gak mau nangis di tengah acara itu, biar bisa nguatin teman aku ini.

Aku lihat mayatnya. Jelasnya, mayatnya itu pucat *ya namanya mayat neng*. Perutnya buncit, badannya tak terlalu kurus. Berkumis dan dia senyum. Aku gak mau berspekulasi kenapa mayat itu senyum begitu.

Setelah itu kami kembali ke lapak tikar kami. Temanku ini terus mengajak kami makan. Sebenarnya kalo soal makanan aku enggak ragu halalnya, karena rata-rata saudaranya muslim. Yaudah kami makan disitu. Aku bertiga sama 2 orang teman makan 2 piring. =.=

Makanannya itu enggak penting, enggak perlu diperjelas kali ya. Yang perlu diperjelas itu soal kematiannya. Kematian itu bisa dateng kapan aja, dimana aja. Gak pernah ada surat pemberitahuan kalo malaikat Izrail mau nyabut nyawa, kapan dan dimana nyabutnya. Pemberitahuannya gak sedetail itu, yang ada hanya tanda-tanda seperti rambut mulai memutih, kulit mulai menua, badan mulai banyak sakit dan sebagainya. Bisa aja di tengah pernikahan sang pengantin dicabut nyawanya. Nothing is impossible. Dan udah saatnya kita persiapkan diri kita menghadapNya.

0 comments:

Posting Komentar