Kamis, 28 Oktober 2010

Yuna, 14 th, korban gempa Sumbar 1 tahun lalu trlihat senang saat diwawancara, mskipun sbenarnya trlihat ia masih ckup trauma. Kejadian itu menimpanya saat ia les di jam terakhir, saat sang tentor memperkenalkan diri gempa itu pn dtg. Ia lari, namun naas, ktika d tengah tangga beton bangunan menimpanya. Saat itu ia baru bisa terselamatkan 5 jam kemudian. Ia mengaku tak merasa sakit, meskipun ia trtimpa beton bangunan selama 5 jam. Ia masih setengah sadar ketika itu. N sekitar 1 minggu kmudian, barulah ia menyadari bhwa kakinya telah diamputasi. Ia kehilangan bagian kaki dimulai dari lutut ke bawah. Ia tidak menangis ketika itu, ia hanya merasa sedih. Krna kjadian itu ia smpat tidak sekolah selama 3 bulan. Sampai sekarang ini ia masih sekolah. Ayah, ibu n teman2nya yang membuatnya tegar sehingga mampu sekolah lagi meskipun harus duduk diatas kursi roda.


Saudaraku skalian, sangat sulit bagi kita bila kita kehilangan sesuatu yg brharga dlm hdp kita, apapun itu. Jgnkn kehilangan, merasa sakit flu saja sdh kwalahan. Kbnyakan tugas dlm 1 hari saja sdh mengeluh pnjg lebar. Dsni kita blajar bhwa ikhlas trhdp kondisi apapun adalah kunci trbaik dlm mghdpi masalah n musibah apapun. Anak yg usianya lbh muda dr kita n tlah khilangan kdua kakinya td mampu mngikhlaskan keadaannya kpd Allah semata, krna sesungguhnya Allah merencanakan sesuatu yg trbaik pdnya n juga pd kita. Saatnya kita tanyakan lg pd diri kita, sudahkah kita ikhlas dgn keadaan kita skrg?

Selasa, 06 Juli 2010

hm
cuma bisa diam

Senin, 21 Juni 2010

so confused 2day. huah. gatau dah mau ngapain. --"

Minggu, 20 Juni 2010

Alif, adalah seorang anak SMP yang alim, taat beribadah, dan cukup pintar. Namun, ada 1 hal yang membuatnya bingung: matematika. Suatu hari, ia diberi tugas oleh gurunya untuk menyelesaikan 1 soal berikut ini:
1+2+3+.....+50+....+3+2+1=...?
Soal itu harus ia kerjakan di papan tulis. Dan hasilnya, Alif menjumlahkan satu per satu angka tersebut. Ternyata, belum saja ia selesaikan soal itu, waktu jam matematika pun selesai. Ia pun kembali ke kursinya dengan penuh rasa malu.
Saat pulang sekolah, ia pergi ke mushalla Al Farabi, mushalla di sekolahnya, untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Di dalam shalatnya ia berdoa: "Ya Allah, berilah aku petunjuk untuk mengerjakan soal matematika itu. Aku malu, aku tidak bisa mengerjakannya, Ya Allah. Hanya Engkau tempatku memohon. Amin."
Setelah ia shalat Dzuhur, ternyata ada yang menepuk bahunya dari belakang. Alif pun terkejut. "Kamu siapa?" tanyanya. "Kenalkan, aku Ali. Kamu tadi berdoa karena ada kesulitan di soal matematika yah?" cerocos Ali pada Alif. "Hmm, iya nih. Aku kesulitan ngerjain soal ini. Coba kamu lihat." keluh Alif sambil mengambil buku catatannya dan memberikannya pada Ali. Ali pun tersenyum.
"Baiklah, aku akan bantu kamu. Tapi aku akan kasih kamu dulu soal yang mirip dengan ini. Coba kamu kerjakan."
1+2+3+.....+1000+....+3+2+1=...?
"Wah, soal tadi saja menurutku susah. Gimana lagi yang ini?" keluh Alif. "Hei, kamu jangan begitu. Belum coba saja sudah menyerah. Hayo? Cobalah dulu." dorong Ali. Alif meengerjakannya seperti tadi, menjumlahkannya satu per satu. "Lama nih kalau begini. Oke, aku akan kasih tahu kuncinya", kata Ali.
"Begini. coba kamu lihat pola ini.
1=1
1+2+3+2+1=9
Nah, apa yang dapat kamu simpulkan?" tanya Ali. "Hmm. Tampaknya seperti susunan bilangan kuadrat. Kayaknya 1+2+1=2 kuadrat=4. Jadi, jika mau menjumlahkannya sama saja dengan menguadratkan angka tengahnya. Iya bukan?" simpul Alif terhadap semua yang disampaikan Ali. "Yap, betul! Berarti kamu bisa menyelesaikan soalmu dan soalku kan?" kata Ali meyakinkan. "Berarti jawaban soalku tadi sama dengan 2500, kalau jawaban soalmu sama dengan 1.000.000. Iya ya?" simpul Alif dengan sedikit ragu. "Betul! Kamu mau bukti? Ini buktinya:
1+2+3+...+50+...+3+2+1= 1+2+3+...+49+50
                                            49+48+..+1
                                           ______________ +
                                            50+50+.......+50
                                        = 50 x 50
                                        = 2500
Begitu juga dengan soalku tadi. Pembuktiannya sama." kata Ali pelan.
"Waahh. Alhamdulillah, ternyata caranya mudah ya. Gak nyangka gini caranya. Syukran ya Ali", kata Alif senang. "Iya, afwan. Eh, aku harus pulang dulu. Assalamu'alaikum", jawab Ali terburu-buru. "Wa'alaikumussalam. Eh, kamukelas berapa? Tinggal dimana?" tanya Alif, dan jawabannya masih menjadi misteri...

Catatan:
Syukran : terima kasih
Afwan : sama-sama / maaf
(keduanya dalam bahasa Arab)

Jutaan pasang mata menguraikan airnya.
Jutaan liter darah mengalir deras dari para syuhada.
Ratusan nyawa melayang dari tanah Gaza.
Mesjid-mesjid luluh lantak karena bom merajalela.
Desingan peluru membahana di udara.
Kapal-kapal dihalang menolong para saudara.
Setiap raga merasa kehilangan asa.

Namun, dibalik semua jajahan yang mereka rasa,
keimanan tertancap dalam hati mereka.
Para syuhada pergi meraih surga,
Mesjid luluh lantak, memang, namun lihat di dalamnya.
Al-Qur'an terbentang, membuka ayat-ayat kemenangan sesungguhnya.
Asa yang pergi kan dibayar Sang Pencipta,
dengan seluruh pahala dan surga.
Pintu surga beserta isinya terbentang untuk mereka.

Wahai saudara di tanah Gaza,
yakinlah, kemenangan kan ada untuk kita.
Allah akan ada di sisi kita.
Tetap semangat, saudara,
bagai sengatan mentari yang membahana.
Tetaplah berjuang, saudara,
bagaikan harimau bertarung dengan rivalnya.
Kami kan terus membantu dan berdoa,
untuk kebahagiaan saudara di tanah Gaza.


4 my beloved brother and sister in Gaza.

Jumat, 18 Juni 2010

Ya. Hidup dengan sejuta mimpi, bagaimana menurut Anda? Mimpi yang dibahas disini adalah angan-angan dan keinginan, bukan dalam tidur. Banyak sekali insan-insan muda, di Indonesia khususnya, yang takut bermimpi. Ada yang berargumen bahwa bermimpi hanyalah aktivitas yang membuang waktu. Ada yang berargumen bahwa mimpi itu belum tentu terwujud, daripada kita putus asa mimpi kita takkan terwujud, lebih baik tak usah.
Kawan, jika Anda memiliki pemikiran yang demikian, hidup Anda akan berjalan monoton. Anda akan seperti jalan lurus yang akan tetap lurus, takkan ada tikungan. Datar. Hidup Anda hanya akan penuh dengan kepasrahan. Anda hanya akan seperti sepersemiliar atom yang netral. Kecil sekali, sehingga tidak akan terlihat siapa Anda. Jika Anda tidak memiliki sat mimpi saja, bagaimana Anda dapat mencapai hidup yang bahagia? Apakah Anda puas dengan hidup yang itu-itu saja? Apakah Anda tidak bergairah untuk melewati tantangan kehidupan dunia, sebelum melalui kehidupan akhirat?
Begitu banyak orang di dunia ini yang tidak takut bermimpi. Jadi kenyataan atau tidak, itu tergantung dari optimalnya usaha Anda menggapainya. Ibaratnya, jika kita ingin memindahkan lemari besar, Anda harus mendorongnya dan mengoptimalkan usaha Anda sehingga dapat berpindah ke posisi yang Anda mau.
Ir. Soekarno, presiden wahid Indonesia, dapat menjadi presiden karena mimpinya. Dulu, semasa ia masih muad, ia sering ke perpustakaan. Ia bercerita ke temannya bahwa suatu saat nanti ia akan jadi presiden. Tentu saja temannya tidak percaya. Akhirnya, ia berusaha menggapai mimpinya dan itu terwujud. Temannya pun tak percaya dengan dijadikannya Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia.
Dari kisah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan bermimpi, kita akan berusaha seoptimal mungkin mencapai keinginan itu. Jangan pernah takut bermimpi, karena Tuhan menggenggam mimpi kita.
:)

.ivarosanasution.

Rabu, 16 Juni 2010

assalamu'alaikum.
iva's speaking here.
alhamdulillah, setelah 6 bulan ngejomblo tanpa blog, akhirnya buat blog baru lagi. :)
6 bulan terakhir ini penuh dengan kesibukan, dan saat ini baru aja punya waktu untuk take a rest.
i hope we can share our own information yaaa.
mohon bantuannyaaa.
wassalamu'alaikum.
:)