Assalamu'alaikum wahai teman-teman sekalian mhihihi. Setelah sabar menunggu sinyal yang agaknya mencari amarah karena urusan area *sementang rumahku enggak di tengah kota, nyeeh*, akhirnya bisa nulis juga disini. Yayaya, as you know, I and all students of 12th grade have finished our National Examination alias UN. Dan hari ini, look outside your room! Anak SMA yang awal warna seragamnya itu putih abu-abu berubah jadi colorful. Gak hanya baju, rambut, jilbab, bahkan kendaraan pribadi juga ikutan gitu. Hihihi. Maklum aja, karena abis ujian yang 4 hari itu, semuanya jadi merasa thankful. Cara mereka nunjukin itu kan beda-beda. Aku? Bajuku tetap dengan warna awal, putih abu-abu. Tapi aku dimintain tanda tangan terus~ *merasa artis* *dilempar mawar*
Karena baru beberapa jam lalu menyelesaikan UN, jadi aku mau cerita soal masa yang paling colorful sepanjang umur hidup manusia. Ya, masa SMA. Sampe ada orang yang nyiptain lagu tentang masa SMA. Kiiisah kasih dii sekolah~ dengan si dia~ *hentikan lagu itu, tolong! Jangan ada backsound diantara kita!* *musik dimatikan* Jelas aja indah, soalnya di masa ini anak-anak bertransisi dari alay ke remaja, terus ke agak dewasa *ngikutin rumus masa hidupnya bang Raditya Dika*. Tiap grade itu punya warna tersendiri, punya masa tersendiri. Tapi masa SMA itu sebenarnya bisa dibilang masa mencari jati diri, dan pada akhir masanya jati diri itu mulai kelihatan jelas. Kalo enggak bandel amat, bandel setengah-setengah, netral alias biasa-biasa aja, sampe jadi anak baik beneran dengan jalan yang lurus dan diridhoi. Nah, baiknya ini pun dibagi-bagi. Ada yang baik kalem penuh kelembutan sampe baik tapi penuh keributan. Banyak ya pembagiannya. Yaa begitulah~
Kelas 1. Ini masih masa yang bawa-bawa zaman SMP. Kalo dia dulunya kalem, kebawa. Ribut, juga gitu. Pokoknya sifatnya waktu SMP masih kebawa. Guru masuk, masih agak takut-takut. Kakak kelas nanya, masih agak malu-malu jawabnya. Biasanya kalo usia segini masih suka kagum sama kakak kelasnya yang cakepan, kewibawaan, en otaknya encer. Kalo ada guru muda bin cakep di sekolahnya yaaa itupun dikagumin. Masih zamannya kagum lah, mencari idola di sekolah. Kalo jengkel sama kakak kelas ataupun guru ya dipendam dalam hati. Sabar-sabarin hati kalo mereka bicara agak kasar. Paling dikit lah yang berani nyindir, masih bisa dihitung pake jari. Kalo anaknya suka kumpul-kumpul, mereka bakalan cari organisasi yang sesuai dengan pemikiran, waktu en kantong.
Kelas 2. Ini udah mulai jelas masa SMAnya. Udah mulai berani nunjukin kalo orang lain salah en dia benar, mulai berani ngoreksi diri orang lain, mulai berani males ngerjain tugas dari guru, en mulai berani nembak kakak kelasnya kalo udah suka. Kalo enggak kakak kelas, adik kelas atau sebayanya. Disini masa anak-anak mulai aktif berorganisasi, mulai berani unjuk gigi, kadang kalo agak nyeleneh mulai berani cari nama di muka umum demi kepentingan pribadi. Tapi enggak semua begini lo. Ada juga sebagian kecil yang mulai ketemu jalan yang benar en sesuai dengan hidupnya dan ia menikmatinya. Mulai ada perubahan yang cukup signifikan, kalo enggak makin baik, makin buruk. Ada juga sih yang netral, kalo anaknya enggak mau terlalu aktif di kelasnya ataupun perkumpulannya. Disini mulai kelihatan kalo dia itu punya potensi dan itu arahnya kemana. Meskipun ceritanya dia itu dikelompokkan jadi anak IPA atau IPS, kadang jiwanya itu bukan di kelompoknya.
Kelas 3. Ini dia masa yang paling berani. Karena udah gak ada lagi cerita kakak kelas, dan paling sering dipanggil kakak di sekolah. Masa paling bisa bicara lantang, paling bisa memberikan komentar seebebas-bebasnya, paling bisa ketawa selebar-lebarnya. Tapi masa ini adalah masa yang udah mulai kelihatan sifat dewasanya. Meskipun anaknya bandel maksimal, tapi di saat-saat tertentu dia bisa ngomong bijak en penuh makna. Kalo di dalam organisasi, inilah para tetuanya. Bisa dimintai pendapat, bahkan bisa ngasih saran en sarannya itu kira-kira 75% bakal diikutin. Disinilah masa penghujung, masa yang penuh kebimbangan, apa yang akan dilakukan setelah ini. Setelah masa putih abu-abu ini, bakal mau jadi apa, jadi lebih baik atau lebih buruk. Dan disini sebenarnya keadaan yang penuh pertimbangan matang-matang mengenai masa depan berikutnya.
Dan kami udah menempuh semuanya. Suka duka, canda tawa, sedih senang, galau bimbang di SMA udah kami jalani dengan penuh sukarela. Dan kami, yang baru melewatinya beberapa jam yang lalu, rindu dengan semuanya. Gimanapun keadaan masa SMA itu, gimanapun keadaan sekolah yang kami tempati, kami tetap akan merasa rindu untuk kembali. Tapi waktu harus terus berjalan, wheel must always be rotated, show must go on. Kami harus menempuh gerbang masa depan setelah ini dengan cara kami masing-masing, dengan rezeki dan masalah masing-masing. Dan beberapa tahun setelah ini, kami akan tetap mengenang masa penuh warna ini.